1. TARI BALI
Kesenian tari bali ini memang sangat di kagumi oleh banyak wisatawan
asing seperti wisatawan dari AS, Tailan, Australia, Jerman, Jepang dan
juga Cina, karena mereka suka dengan tarian anak bangsa indonesia yang
semakin tersohor karena karya kesenian tari mereka ini. Banyak sekali
turis yang mau berkunjung untuk bisa belajar tari bali karena mereka
suka sekali dengan cerita dan juga pertunjukan seni bali itu sendiri,
bali sangat banyak di temui sanggar tari apa itu tari seperti tari leak
atau tari legong yang sudah sangat terkenal sekali.
Tari bali adalah tarian yang mengisahkan berdirinya bali dan juga
persembahan di mana sangang maha widi memberikan petunjuga bagi manusia
agar bisa beriman dan juga ada yang memceritakan bagaimana angkara murka
bisa di basmi seperti kisah ramah sinta. Unsur tari bali ini di angkat
dari cerita rakyat yang sudah di anut turun temurun hingga saat ini masi
sangat di budi dayakan karena karya seni bali di yakini bisa mempunyai
nilai seni megis yang bisa mengusir angkara murka di kehidupan mereka.
Karya seni tari bali bukan seperti kita memainkan game ayodance dan juga
memberikan rahasia blogging karena karya seni tari bali ini sudah di
wariskan turun temurun dari nenek moyang bangsa indonesia dan mempunyai
arti tersendiri bagi rakyat bali, Memang saya akui bali bisa memberikan
ketentraman bagi orang-orang yang berpariwisata di sana karena di sana
memberikan fasilitas yang bebas dan juga harus bisa mematuhi adat
setempat.
Yang penting sih bagi saya bisa memberikan yang terbaik seperti
kesenian tari bali yang selalu menyambut kedatangan paraturis luar
negeri atau dalam negeri yang selalu beta untuk bisa berlama-lama di
pulau dewata itu.
2. TARI SAMAN
Di antara beraneka ragam tarian dari pelosok Indonesia, tari saman
termasuk dalam kategori seni tari yang sangat menarik. Keunikan tari
saman ini terletak pada kekompakan gerakannya yang sangat menakjubkan.
Para penari saman dapat bergerak serentak mengikuti irama musik yang
harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah digerakkan satu tubuh,
terus menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang dinamis. Sungguh
menarik, bukan? Tak salah jika tari saman banyak memikat hati para
penikmat seni tari. Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari
mancanegara. Sekarang, mari kita ulas lebih dalam lagi mengenai tarian
unik ini.
Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman
karena diciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada
sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini
hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian
ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah
SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari.
Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah.
Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu,
khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW
atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman
ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun
seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga
penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat
digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari
tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman
dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan
kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau
perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan
di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.
Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang
lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama
dengan baik agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.
Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Sebelum Saman dimulai, tampil
pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat. Pemuka adat memberikan
nasehat-nasehat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Syair-syair yang di antunkan dalam tari Saman juga berisi petuah-petuah
dan dakwah.
Berikut contoh sepenggal syair dalam tari Saman:
Reno tewa ni beras padi, manuk kedidi mulu menjadi rempulis bunge.
Artinya:
Betapa indahnya padi di sawah dihembus angin yang lemah gemulai.
Namun begitu, burung kedidi yang lebih dulu sebagai calon pengantin
serta membawa nama yang harum.
Namun dewasa ini, fungsi tarian saman menjadi bergeser. Tarian ini
jadi lebih sering berfungsi sebagai media hiburan pada pesta-pesta,
hajatan, dan acara-acara lain.
3. TARI REOG BLITAR dan MERAK
Di awal musim gugur tahun ini, mulai tanggal 28 September hingga 3
Oktober 2011, di Korea, tepatnya di kota Cheonan dilangsungkan Festival
Tari Dunia yang dikenal dengan nama “Cheonan World Dance Festival“.
Cheonan terletak di sebelah selatan Seol dan bisa ditempuh dengan
kereta, subway atau bis dengan memakan waktu sekitar 1 jam 20 menit.
Festival tahunan di Cheonan ini juga dilombakan sehingga masing2
peserta punya kesempatan mendapatkan penghargaan. Selain Indonesia ada
sekita 22 negara ikut serta didalamnya. Dibawah pimpinan Ida Riyanti dan
wakil dari Blitar yaitu Wima B ( ketua Dewan Kesenian daerah Blitar ) ,
Indonesia mengirimkan sejumlah 21 penari, dengan menampilkan group Reog
Blitar dan berkolaborasi dengan beberapa siswa/i dari SMA 7o Jakarta.
Rombongan ini sudah dipersiapkan sebelumnya di Laboratorium Tari
Indonesia pimpinan Ibu Wiwiek Widyastuti, yang juga ikut serta sebagai
penasehat.
Sebelum pentas tari di panggung, semua peserta ikut dalam parade di
jalan utama di kota Cheonan, sehingga para pengunjung berkesempatan
melihat semua tarian dari dekat dan bahkan sempat berfoto bersama.
Bahkan antar peserta/penari juga berkesempatan untuk berfoto bersama,
kesempatan inilah yang justru diluar acara tertulis yang membuat suasana
menjadi gembira. Dari Indonesia selain tari reog, ada juga tari merak.
Penari merak ini saat parade agak merasa dingin dengan pakaian yang
tipis, mengingat udara sudah agak dingin sekitar 20 derajat Celcius
waktu parade. Untunglah setelah parade selesai tidak ada penari yang
sakit, sehingga bisa mengikuti lomba di hari berikutnya.
Penampilan tari Reog dan tari Merak, rupanya cukup memukau penonton
dan juga para juri, sehingga team Indonesia bisa memasuki tahap kedua,
tahap final. Pada hari terakhir Festival, group atau rombongan tari dari
Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai Juara Harapan Dua, atau nomor
urutan 5. Wakil dari Indonesia berhak mendapatkan piala.
Setelah perlombaan, semua peserta dan rombongan diberi kesempatan
untuk makan bersama dengan Walikota Cheonan. Rombongan tari dari
Indoensia sudah selamat kembali ke tanah air dengan banyak kenangan
pengalaman sebagai wakil dan memperkenalkan Indonesia ke seluruh dunia,
meski saat berangkat di Indonesia sendiri waktu itu sedang ramai dengan
kasus bom di kota Solo.
Terasa sekali memang budaya bisa menyambung ke semua orang di dunia
ini dan budaya juga memberikan kegembiraan dan membuat suasana damai.
Semoga damai juga selalu ada di Indonesia dan seluruh dunia, trimakasih
dan selamat untuk para peserta semua yang berangkat ke Cheonan.
4. TARI PENDET
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak
diperagakan di Pura, sebuah tempat ibadat bagi umat Hindu di Bali,
Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke
alam dunia. Tarian ini diciptakan oleh I Wayan Rindi. Rindi merupakan
maestro tari yang dikenal luas sebagai penggubah tari pendet sakral yang
bisa di pentaskan di pura setiap upacara keagamaan. Tari pendet juga
bisa berfungsi sebagai tari penyambutan. Lambat-laun, seiring
perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi “tarian
ucapan selamat datang”, meski tetap mengandung anasir yang
sakral-religius.
Wayan Rindi adalah penekun seni tari yang dikenal karena kemampuannya
menggubah tari dan melestarikan seni melalui pembelajaran pada generasi
penerusnya. Salah satunya terekam dalam beragam foto semasa hidupnya
yang aktif mengajarkan beragam tari Bali, termasuk tari pendet pada
keturunan keluarga maupun di luar lingkungan keluarganya. Menurut anak
bungsunya, Ketut Sutapa, Wayan Rindi memodifikasi tari pendet sakral
menjadi tari pendet penyambutan yang kini diklaim Malaysia. Rindi
menciptakan tari pendet ini sekitar tahun 1950. Meski dimodifikasi,
namun semua busana dan unsur gerakan tarinya tetap mengacu pada pakem
seni Bali yang dikenal khas dan dinamis.
Diyakini bahwa tari Pendet merupakan pernyataan dari sebuah
persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya
tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet
dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa
maupun gadis. Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan
jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan
dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka
dalam memberikan contoh yang baik.
Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari
Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya
ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap
ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan
masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan
sesajen lainnya.
Tindakan Malaysia yang mengklaim tari pendet sebagai bagian dari
budayanya amat disesalkan keluarga Wayan Rindi. Pada masa hidupnya,
Wayan Rindi memang tak berfikir untuk mendaftarkan temuannya agar tak
ditiru negara lain. Selain belum ada lembaga hak cipta, tari Bali selama
ini tidak pernah di patenkan karena kandungan nilai spiritualnya yang
luas dan tidak bisa dimonopoli sebagai ciptaan manusia atau bangsa
tertentu. Namun dengan adanya kasus ini, Sutapa yang juga dosen tari di
Institut Seni Indonesia (ISI) Bali berharap pemerintah mulai mengambil
langkah untuk menyelamatkan warisan budaya nasional dari tangan jahil
negara lain.